MEREDA
"Hujan telah mereda. Kuharap rinduku juga."
💦💦💦
Sore ini hujan. Kau tahu kan, betapa jatuh hatinya aku pada rerintik itu? Meski seringkali kaularang aku keluar saat hujan karena kausebut aku bocah ingusan. Mudah sekali flu. Tapi kau pun paham, kondisi itu tak mengurangi rasa kagumku.
Maka tak perlu sebuah aba-aba, aku sudah duduk di bangku dekat jendela kaca, bersama cangkir dan kopinya. Kau juga tahu, kan, bahwa itu tempat favoritku? Kau bilang jika aku sudah duduk di sini bersama hujan, bagai seorang yang tengah beradu rindu dengan pujaan, tak dapat diganggu gugat. Kadang aku terkekeh mengingat kalimatmu, itu lucu, tapi mungkin saja kau benar.
Kau tahu? Beberapa hari terakhir ini, sebenarnya aku hanya ingin pergi. Sambil sesekali menguntit dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Apa kau rindu padaku?"
"Apa kau sibuk?"
"Apa kau sempat mengingatku?"
Begitulah. Pertanyaan yang kususun sendiri.
💦💦💦
Nyatanya, akulah yang kalah oleh rindu. Buktinya, lihatlah, kubuatkan dua cangkir kopi. Secangkir untukku. Secangkir lagi, untuk siapa lagi kalau bukan untukmu?
Hujan hampir reda. Kopi hangat mulai mendingin. Namun kau belum juga hadir. Barangkali aku memang tak pernah menjadi seistimewa itu.Hingga saat aku mencoba hilang, tak sekalipun kau coba mencari.
Asal kau tahu, yang kutatap setiap hujan, adalah bayangmu.
💦💦💦
Jadi kuputuskan untuk menelan segalanya sendiri. Meneguk habis dua cangkir kopi, milikku dan milikmu. Toh tak ada gunanya menunggumu datang untuk sekadar mencicipi. Bagimu aku hanya satu dari rintik yang lebat. Sedang bagiku kau adalah pelangi yang dinanti. Cukup sudah. Berhenti di situ. anggapan itu akan kutinggalkan. Aku memang harus pergi.
"Hujan telah mereda. Kuharap rinduku juga."
^^
Surabaya, 18 Oktober 2017
2 Komentar
Rindu 😌
BalasHapusYaa begitulah 😌
Hapus