Bagi saya, kamu sempat ingin saya jadikan segalanya. Sebab mengenal dan keinginan memahami kamu menjadi salah satu cara menghidupkan hati saya agar terus berdetak untuk perasaan-perasaan yang lumrah dirasakan manusia seumuran kita. Dengan begitu, kamu ialah orang yang mati-matian saya simpan sampai akhirnya berwujud menjadi kesedihan yang menikam, dan saya nelangsa sendirian.
Saya tahu banyak tentang kamu, tetapi kamu tidak. Itulah ketimpangan yang tidak diterima Semesta apabila saya ngotot meminta kamu untuk dimiliki. Meski sering kali saya memohon, permohonan itu terpental hingga memberikan bom-bom menakutkan. Bom waktu yang meledak setelah bertahun-tahun saya simpan sendirian, inilah saatnya saya rela walaupun saya nyatanya belum dapat apa-apa.
Tapi, Yund. Rasanya kenapa begitu sesak?
Saya bertahun bertahan tanpa ada siapapun yang paham, terlebih kamu. Bahkan saya tidak membagi rindu yang terus rapuh dipeluk waktu, saya menimangnya sendiri. Tanpa kau pahami, tanpa kau mengerti.
Nyatanya, persoalan lamanya saya menunggu, tidak pasti memberikan hasil yang terbaik. Sesabar-sabarnya saya, ada kalanya saya menyerah kalau dirasa semua jungkir balik. Saya tidak bisa menahannya lagi, apalagi sewaktu menyadari kamu memiliki rumah lebih ramah dibanding saya yang sebatas remah-remah.
Tidak bisa protes, Yund. Itu hak kamu, saya tidak bisa meminta lebih. Karena saya lebih memahami caramu bekerja dengan bahagia, tentu saja tanpa saya di dalamnya.
Yund, sempat tidak sempat membaca ini. Saya selalu ingin bilang, kamu hebat. Kamu, lelaki yang saya simpan rapat-rapat. Kamu, lelaki yang kadang kala meluncur di doa sewaktu bermunajat, dan kamu, ialah lelaki yang menjadi sumber bahagia dan terluka sedemikian rupa tanpa sempat mengelak adanya.
Bagi saya, sesedih apapun hari ini, saya bersyukur mengenal kamu. Saya bahagia pernah berharap dan menjalani hidup penuh semangat karena kamu.
Bagi saya, perjalanan kali ini mungkin lebih berat dari pada ketika menghidupimu di sekat hati. Saya ingin mengaku tidak apa-apa, kalau boleh jujur saya lebih remuk dari sebelum-sebelumnya, tapi saya pasti bisa melewatinya.
Maka untuk mengobati segalanya, saya harus kembali berjuang sendirian, kan?
Kalau begitu, untuk usaha kali ini, tolong, tolong jangan menjadi keren di mata saya. Jadi biasa saja ya, agar saya mudah lupa. Tapi kalau tidak bisa ya tidak apa-apa. Karena nanti saya yang berusaha agar kamu tidak lagi menjadi siapa-siapa.
Percayalah, mulai hari ini hingga tahun-tahun selanjutnya saya melepaskan kamu untuk siapa saja, kamu bukan satu-satunya, kamu tak lagi istimewa, kamu tidak lagi menjadi keinginan saya, sebab kamu hanya akan menjadi seseorang yang pernah ada, dan tak akan lagi saya doakan penuh semoga~
0 Komentar