Sanjungan angin untuk malam yang memeluk erat
Anyir getih terasa nikmat tercium hangat
Nanar netra menatap apa yang kau genggam erat
Iris mata masih mengabdi, setelah kau tusuk belati
Apa dayaku yang tak melihat lagi
Racun yang aku teguk indah mengalun nadi
Asaku untuk merengkuh pundakmu
Memeluk dengan penuh kesumat
Ambruk raga bersama jiwa
Di sini masih cinta, sadar betapa bodohnya
Aku ingin rasakan tusukan belatimu lagi
Nyanyikan kidung kematianku
Impikan aku dalam lelap, dan aku akan datang dalam jagamu
/
Nanas malam penuh motif kawung
Umbar anyam rangkai peristirahatan
Rona arkana telah hilang darimu
Samari warna tangan pembunuhmu
Aku di sini hanya berbaring menjejak dinding lemah
Penuh harap kau ubah polah tanganmu
Iris leher yang lain, tusuk mata yang lain dengan belatimu yang sama
Tapi bukan makhluk semacam diriku
Rumat leher nista
Iris dia, tusuk matanya!