Begitulah Waktu


... akan ada spasi yang mengolah rindu tanpa menjadi basi. Begitulah waktu, meremas semua tapak menjadi kenangan yang mudah dilacak.

Sa, 2019




                Ada banyak kenangan yang tersisa, sebagai jejak-jejak langkah waktu yang pernah mempertemukan kita. Sa, adakah sebelum ini kamu sudah melupakanmu, atau aku hanya seseorang yang pada akhirnya tenggelam dalam waktu?

                 Bodoh rasanya ketika mengingat kembali waktu yang banyak jeda, tanpa ada kata di antara kita. Sesal menjadi sesuatu yang mengental dalam dadaku. Bukan enggan menyapa, sebenarnya. Hanya saja aku takut mengganggu keseharian yang mungkin saja begitu merepotkan.

                Aku masih ingat keinginanmu yang ingin masuk ke salah satu Universitas di Bandung, tapi dengan alasan yang tak kamu jelaskan, keinginan itu pun dipendam, dan berusaha dilupakan. Tak ingin mempermasalahkan, sebenarnya, itu yang kini jadi sebgaian kenangan yang ada di kepalaku.

                Jika ada satu hal yang mengganjal kini setelah kepergianmu, adalah sebuah permintaan untuk kembali menjadi baik-baik saja dengan seorang gadis payah. Maksudku, lihat saja bagaimana cara ia bersikap dan memperlakukanku. Bukan enggan, sejujurnya. Hanya aku terlalu pengecut. Aku terlalu takut jika harus mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.



              Ingat tidak, ketika kita bercerita tentang perasaan masing-masing pada seseorang yang sangat kita cintai? Bodohnya aku yang baru menyadari, bahwa kamu lebih  banyak menyimak, dan sengaja memberi kesempatan untukku bercerita banyak. Kamu lebih menghargai perasaan orang-orang di sekitarmu, dibanding menjelaskan situasi sulit yang kamu hadapi sendiri.


                Aku tak boleh menangis seperti katamu. Lelaki tak pantas melakukannya. Kehilanganmu pun aku berusaha tidak menangis, meski aku gagal menjalankannya. Mendung di mataku, hujan di langit kotaku.

                Sekarang, ada jarak yang memisah, dan itu artinya kita harus menunggu jeda yang entah. Sa, tolong untuk memaafkan segala kebodohan kakakmu ini, dan terima kasih untuk segala hal yang pernah kamu ciptakan, termasuk kebahagiaan yang kurasakan.

                Bunga yang paling cantik, akan pertama dipetik oleh Sang Pemilik. Semoga senyummu masih bermekaran di sana. Semoga kita berdua, dipertemukan di tempat yang telah dijanjikan-NYA.

                Selamat jalan, gadis eskrim.

                Doa dari kakakmu yang bodoh ini menyertaimu.

Bandung Barat, 13 mei 2019
Dalam kesedihan