AYAH


Tak ada frasa yang mampu menyetara
Bahkan bait puisi pun seakan basi jika disandingi.
Ayah,
Kepada apa kuelukan semua pengorbananmu?
Jika lautan tak sebanding
Bumi tak menanding
Dan langit tidak sepadan tuk menyanding.

Ayah,
Tangan kasarmu menjadi saksi bisu
Kau mencari nafkah dengan membabad waktu
Hingga lesu itu larut bersama samudera keringatmu nan tak pernah surut.

Ayah,
Bagaimana kau begitu lihai bersandiwara?
Menyembunyikan luka penggerus tubuh dan pikiranmu.
Bagaimana kau bisa?
Merasa baik-baik saja menyimpan biduk masalah,
Dan mencoba becanda ria seolah tak apa-apa.

Ayah,
Langkahmu menjadi  jalan
Ucapmu adalah panutan
Laku-lampahmu contoh ketetapan.
Betapa berat menjadi dirimu, Ayah,
Ketika semua tanggungjawab kau bangun susah payah
Dengan hisab yang terus mengikutinya.

Ayah,
Lepaskanlah ikatmu atas pasokkan dosa yang kuinvestasikan
Biar,biarlah menjadi beban pada timbanganku sendiri
Tak ingin kulihat kau terlalap kalap
Oleh api-Nya yang maha dahsyat
Atas dosa yang kuperbuat.




Sa,
Cisolok, 16 Mei 2018
18.38 P.M